Minggu, 07 Desember 2025

Benarkah Mematikan Motor Dengan Standard Samping Bisa Merusak Aki



Anda pastinya sudah tidak heran, atau pernah mendengar bilang mematikan mesin motor dengan standard samping bisa membuat motor rusak terutama pada bagian aki. Dan hal ini seperti sudah umum dalam keseharian terutama pada motor keluaran Honda. Apa benar demikian, penasarankan berikut ulasan dibawah ini.👇

Mematikan mesin motor dengan menurunkan standar samping (side stand) adalah kebiasaan yang lazim dilakukan oleh banyak pengendara di Indonesia dan global, terutama pada motor matik dan beberapa motor sport modern.

Kebanyakan motor keluaran baru memang sudah dilengkapi dengan fitur keamanan Side Stand Switch yang secara otomatis memutus aliran listrik dan mematikan mesin saat standar diturunkan.

Namun, kebiasaan praktis yang sangat menghemat waktu ini seringkali diselimuti stigma yang mengatakan bahwa mematikan mesin dengan cara ini dapat menyebabkan aki motor menjadi cepat soak atau berpotensi merusak komponen kelistrikan inti lainnya. Stigma ini telah mengakar kuat di kalangan pengendara lama.

Benarkah kekhawatiran tersebut beralasan, atau justru itu hanyalah mitos yang diwariskan dari motor generasi lama yang sistem kelistrikannya belum secanggih sekarang?

Untuk menjawabnya, kita perlu memahami bagaimana sistem keselamatan ini bekerja dan mengapa fungsinya dirancang sedemikian rupa oleh pabrikan, bukan hanya sebagai fungsi sekunder, melainkan sebagai fitur keamanan utama.

Secara umum, mematikan mesin dengan standar samping tidak akan membuat aki soak. Fitur ini dirancang sebagai sistem keselamatan wajib yang sangat andal dan efisien dalam memutus daya.

Justru, masalah aki soak lebih sering disebabkan oleh faktor eksternal, seperti usia aki yang sudah lewat masa pakai (normalnya 2–3 tahun), masalah pada komponen pengisian daya (seperti kiprok atau spul), atau penambahan aksesoris listrik yang melebihi kapasitas daya motor.

Fungsi utama Side Stand Switch adalah mencegah kecelakaan serius akibat pengendara lupa menaikkan standar samping saat motor bergerak, memastikan perjalanan selalu aman dan terhindar dari risiko tergelincir mendadak saat berbelok.

Fungsi Utama: Ketika standar samping diturunkan, sakelar ini akan tertutup (atau terbuka, tergantung desainnya), mengirimkan sinyal ke ECU (Electronic Control Unit) atau CDI (Capacitor Discharge Ignition) motor.

Cara Kerja: Sinyal tersebut memerintahkan ECU untuk menghentikan suplai bahan bakar (pada motor injeksi) atau memutus arus listrik ke koil pengapian, sehingga mesin motor mati seketika. Proses ini instan dan terkontrol.

Tujuan: Sistem ini adalah fitur keselamatan yang mutlak. Fitur ini bertujuan untuk memastikan mesin tidak bisa hidup atau segera mati jika standar samping belum dinaikkan, sehingga mencegah motor tergelincir atau oleng saat berbelok.


Patahkan Mitos "Bikin Aki Soak"



Kekhawatiran bahwa mematikan mesin menggunakan standar samping dapat membuat aki soak adalah Mitos. Ada beberapa alasan yang mendukung fakta ini :

Proses yang Terkontrol: Sistem Side Stand Switch mematikan mesin dengan memutus pengapian/injeksi secara elektronik, bukan dengan cara short circuit (korsleting) atau memaksa. Proses ini tidak menghasilkan lonjakan listrik yang signifikan yang dapat merusak aki atau komponen ECU.

Aki Hanya Digunakan Starter: Beban terbesar pada aki adalah saat menekan tombol starter atau saat menyalakan lampu (untuk motor lama). Mematikan mesin, baik menggunakan kunci kontak maupun standar samping, tidak menambah beban pada aki.

Faktor Penyebab Aki Soak Sebenarnya: Apa penyebab utama aki soak? Usia pakai (rata-rata 2–3 tahun), pengisian daya yang tidak optimal (masalah pada kiprok atau spul), serta penggunaan aksesoris listrik yang berlebihan (overloading) tanpa penambahan daya yang memadai.


Pentingnya Kebiasaan Mematikan Mesin yang Benar

Turunkan Standar Samping : Matikan mesin menggunakan Side Stand Switch (jika ada).

Matikan Kunci Kontak: Kunci kontak harus dimatikan (OFF) setelah mesin mati. Karena jika kunci kontak tetap pada posisi ON (meskipun mesin sudah mati oleh standar samping), beberapa komponen kelistrikan minor (seperti indikator, lampu senja pada beberapa model) masih menarik daya dari aki, dan ini dapat menguras aki secara perlahan jika dibiarkan dalam waktu lama.

Kunci Stang : Kunci stang untuk keamanan.

Nah. Bagaimana dengan anda nih yang terkadang masih suka risih bila mematikan motor dengan standard samping? Sekarang tak perlu khawatir lagi yaa, tapi perlu anda ingat juga, setelah mematikan motor dengan standard samping jangan lupa kunci kontaknya di Offkan juga yaa. Jangan biarkan On terus meski kondisi motor sudah mati.


Sumber : Liputan6



~ THANK ~ YOU ~


Label:

Jumat, 05 Desember 2025

Uangku Sayang, Uangku Malang



Semenjak krisis ekonomi 1998, rupiah secara “konsisten” terus melemah dibandingkan dollar AS. Data Bank Indonesia per 31 Oktober 2025 menunjukkan bahwa nilai tukar mata uang kebanggaan rakyat Indonesia ini mencapai level Rp16.631 per dollar AS atau melemah sekitar 66% selama 20 tahun terakhir.

Angka ini bukan sekadar statistik, bahkan menyamai kurs di masa krisis ekonomi 1998 ketika kurs rupiah berkisar 16 ribuan. Meskipun Bank Indonesia berkali-kali menyampaikan bahwa fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat, realita bahwa rupiah terus melemah tidak bisa dipungkiri.

Sebagai negara berkembang, cukup wajar apabila kurs mata uang Indonesia cenderung melemah dibanding dollar AS yang merupakan mata uang negara maju. Namun jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN-6, rupiah termasuk mata uang yang paling lemah dihadapan dollar AS.

Hampir sama dengan nasib rupiah yang terus melemah, Peso Filipina, Dong Vietnam, dan Ringgit Malaysia juga nilai tukarnya cenderung merosot selama 20 tahun terakhir, namun tidak seburuk rupiah.

Ringgit Malaysia melemah 26%, dan Peso melemah sekitar 7%, dan Dong Vietnam melemah sekitar 64%. Performa ketiga negara itu meskipun tidak bisa dibilang baik, namun pelemahannya tidak sedalam rupiah yang terus merosot dari sekitar Rp10 ribu di 2005 menjadi Rp16 ribuan di 2025.

Sedangkan dua negara ASEAN lain yaitu Thailand dan Singapura justru menunjukkan penguatan nilai tukar terhadap dollar AS. Kurs baht Thailand menguat 21% sedangkan dollar Singapura menguat 23%.

Dengan status sebagai negara maju dan international hub, wajar jika Singapura memiliki mata uang yang kuat. Namun Thailand yang merupakan rival ekonomi Indonesia di kawasan Asia Tenggara, ternyata mampu menjadi pusat manufaktur dan tujuan wisata global yang memberi fondasi kuat bagi mata uang mereka. Mengapa rupiah Indonesia cenderung terus melemah bahkan di antara sesama negara Asia Tenggara?


Tantangan Fundamental Ekonomi

Secara fundamental, Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang sangat kompleks. Salah satu kondisi yang penting dicermati adalah transaksi impor dan ekspor Indonesia masih dominan menggunakan dollar AS. Dalam hal impor, industri dan perusahaan di tanah air masih banyak bergantung pada pembelian bahan baku dari luar negeri yang jelas sebagian besar pembayarannya harus menggunakan dollar AS.

Penggunaan dollar AS untuk pembayaran impor barang mungkin relatif bisa dipahami, namun ternyata transaksi ekspor Indonesia yang sebagian besar merupakan komoditas energi dan sumber daya alam juga ditransaksikan menggunakan dollar AS. Pembeli komoditas dari luar negeri umumnya “hanya mau” berkontrak menggunakan dollar AS, sehingga meskipun membeli barang dari Indonesia maka settlement currency tetap saja dollar AS.

Data dari Bank Indonesia dan ASEAN Macroeconomic Research Office (AMRO) menunjukkan sekitar lebih dari 90% nilai ekspor Indonesia menggunakan dollar AS. Namun ternyata Devisa Hasil Ekspor (DHE) cenderung tidak dikonversi ke rupiah dan justru mengalir ke luar negeri.

Kondisi itu disadari pemerintah, oleh karena itu Presiden Prabowo Subianto menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025 yang mewajibkan penempatan DHE di dalam negeri, dengan porsi dan tenor tertentu. Namun meskipun ada kewajiban penempatan DHE, kebutuhan valuta asing korporasi membuat banyak DHE tetap berdenominasi dollar AS dan tidak sepenuhnya terkonversi menjadi rupiah.

Realita itu disadari Bank Indonesia (BI) sebagaimana diungkapkan Gubernur BI dalam konferensi pers Oktober pada 2025. Oleh karena itu BI melakukan intervensi stabilisasi nilai tukar secara signifikan terutama di periode Juli s.d. September 2025 hingga mengikis cadangan devisa dari sekitar 152 miliar dollar AS pada Mei 2025 menjadi sekitar 148 miliar dollar AS di September 2025.

Ketergantungan terhadap dollar AS dalam transaksi ekspor dan impor tersebut, ditambah semakin besarnya beban pinjaman luar negeri, menjadi salah satu pemberat utama nilai tukar rupiah. Kamar Dagang Indonesia (Kadin) pun mengakui sekitar 60-70han baku industri manufaktur masih mengandalkan impor.

Selain itu berbagai faktor seperti defisit neraca perdagangan, keluarnya modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN), hingga volatilitas geopolitik, terus memberi tekanan pada rupiah. Pada akhirnya nilai tukar mata uang ditentukan oleh supply and demand, dengan berbagai tekanan internal serta eksternal, permintaan atas dollar AS masih sangat kuat.

Apabila Indonesia tidak mampu memperbaiki daya saingnya di panggung dunia, maka tidak mengherankan permintaan atas rupiah semakin rendah, membuat nilai tukarnya terus menerus melemah.


Dampak Lemahnya Rupiah

Realita pahit tidak dapat dipungkiri bahwa rupiah harus terus bertekuk lutut terhadap dollar AS, dari 9 ribuan per dollar AS pada 2005 menjadi 13 ribuan pada 2015, kemudian menembus 16 ribuan pada 2025. Jika status quo ini dibiarkan terus berlangsung, bukan tidak mungkin rupiah akan menembus 20 ribu dan seterusnya. Apalagi masih banyak masyarakat yang tidak memahami apa dampak pelemahan nilai tukar tersebut terhadap kehidupan sehari-hari.

Lemahnya nilai tukar rupiah secara langsung dapat memicu imported inflation, atau kenaikan harga barang-barang yang berpengaruh dari impor. Bukan rahasia umum bahwa masih banyak industri dalam negeri yang mengandalkan impor bahan baku dari luar negeri. Jika rupiah melemah, maka biaya untuk membeli bahan baku menjadi lebih tinggi dan berujung pada meningkatnya harga jual barang di masyarakat.

Ada beberapa contoh riil yang menunjukkan bagaimana lemahnya rupiah ini menjadi problem serius bagi masyarakat. Pada barang yang masih sebagian besar impor seperti elektronik sangat terlihat dampak pelemahan rupiah. Sebagai contoh, berdasarkan data website resmi Apple, harga iPhone 6 yang diluncurkan di AS pada tahun 2015 sebesar 649 dollar AS. Di Indonesia saat itu dengan kurs Rp13.300 plus pajak dan bea cukai harga jual menjadi Rp9 juta.

Sepuluh tahun kemudian di tahun 2025, iPhone 16 dirilis dengan harga 799 dollar AS, yang kemudian dengan kurs Rp16.600 plus biaya-biaya masuk ke Indonesia membentuk harga jual Rp15 juta. Dari fakta tersebut terlihat bahwa harga iPhone di Indonesia semakin lebih mahal terutama karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Selama periode 10 tahun terakhir, harga iPhone di Indonesia melesat jauh lebih tinggi yaitu 63%. Pelemahan nilai tukar rupiah dari Rp13 ribuan di 2015 menjadi Rp16 ribuan di 2025 menjadi salah satu penyebab utama karena iPhone dan beberapa barang elektronik lain sebagian besar masih sangat mengandalkan impor.

Sedangkan barang-barang yang sebagian bahan bakunya dari luar negeri seperti kendaraan bermotor, juga sangat terasa dampak pelemahan rupiah. Sebagai contoh, berdasarkan data website Honda, sepeda motor Beat di tahun 2015 dihargai sekitar Rp14 juta, dan kini di tahun 2025 harga Beat telah mencapai Rp20 juta. Peningkatan harga sekitar 42% tersebut diantaranya diakibatkan pelemahan rupiah yang membuat impor komponen-komponen motor menjadi lebih mahal.

Dua contoh tersebut menjadi fakta bagaimana pelemahan rupiah mengakibatkan imported inflation sehingga harga barang, terutama yang memiliki komponen dari luar negeri semakin mahal dari tahun ke tahun. Hal ini tentu bukan kabar yang baik bagi masyarakat maupun pelaku industri.

Melihat kondisi riil tersebut, pemerintah tentu harus introspeksi, terutama Bank Indonesia yang memiliki mandat Undang-Undang untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Apakah kurs rupiah terhadap dollar AS yang “stabil” terus turun sekitar 2-3% per tahun selama 20 tahun terakhir itu hasil yang diharapkan? Apakah nilai tukar rupiah yang konsisten “melemah” dari Rp10 ribu di 2005 menjadi Rp16 ribuan di 2025 itu hal yang wajar?

Tentu masyarakat Indonesia tidak bisa hanya menggantungkan nasib rupiah pada Bank Indonesia, mengingat banyak sekali faktor yang berkelindan mempengaruhi kekuatan rupiah. Pemerintah dalam hal ini berbagai Kementerian dan Lembaga seperti Kementerian Keuangan, Perdagangan, Investasi, hingga BPI Danantara harus menjalankan kebijakan yang saling melengkapi untuk memperkuat daya saing Indonesia, yang pada akhirnya dapat memperkuat nilai tukar rupiah.

Rupiah yang terus melemah seharusnya menjadi pengingat bahwa fondasi ekonomi Indonesia masih memerlukan banyak perbaikan struktural. Stabilisasi kurs tidak dapat dicapai hanya dengan intervensi jangka pendek, tetapi harus ditopang oleh ekspor yang kompetitif, peningkatan produktivitas, dan berkurangnya ketergantungan pada impor.

Perlu adanya komitmen kuat dari pemerintah, pelaku usaha, dan industri untuk memperkuat nilai tambah ekonomi nasional, agar rupiah dapat beranjak dari pola pelemahan kronis menuju mata uang yang lebih mencerminkan potensi besar Indonesia.



SUMBER : Money-Kompas.com


~ THANK ~ YOU ~


Label:

Senin, 01 Desember 2025

Antara Transjakarta & Suroboyo Bus





Sewaktu saya di Kota Surabaya saya sempat terkagum-kagum melihat transportasi umum sebuah bus yang bernama Suroboyo bus, dengan penampilan yang merah merona serta variasi unik lainnya, tak hanya itu sebagian angkotnya juga sama persis dengan Jaklingko yang ada di Kota Jakarta, namanya Wara-wiri Suroboyo.

Woooww! Ini mah sebelas duabelas dengan Jakarta pikir saya kala itu, karena terakhir saya ke Kota Surabaya tahun 2007 hanya ada bus-bus umum seperti biasa, Jakartapun demikian.

Nah. Dibawah ini saya ada beberapa perbandingan antara Suroboyo bus dan Transjakarta. Berikut dibawah ini.

Transportasi publik adalah urat nadi sebuah kota. Di Indonesia, dua kota besar, Jakarta dan Surabaya, memiliki sistem bus andalan yang menjadi wajah modernisasi angkutan umum: Transjakarta dan Suroboyo Bus. Keduanya sama-sama bertujuan mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas hidup warga, namun memiliki pendekatan dan ciri khas yang berbeda.

Perbandingan antara Transjakarta, sang pionir Bus Rapid Transit (BRT) di Indonesia, dengan Suroboyo Bus, layanan yang dikenal inovatif dan ramah lingkungan.


1. Konsep dan Infrastruktur: Mana yang Lebih 'Rapid'?

TRANSJAKARTA (Jakarta)


KONSEP UTAMA ~ Bus Rapid Transit (BRT) Sejati dengan jalur khusus (Busway)

JALUR KHUSUS ~ Mayoritas menggunakan jalur eksklusif (Busway) dan halte elevated.

ARMADA ~ Beragam, dari bus gandeng, bus low entry, hingga bus listrik (mulai beroperasi).

INTEGRASI RUTE ~ Luas. Terhubung dengan MRT, LRT, KRL Commuter Line, dan angkutan pengumpan (feeder).


SUROBOYO BUS (Surabaya)


KONSEP UTAMA ~ Bus kota reguler dengan rute terintegrasi

JALUR KHUSUS ~ Tidak memiliki jalur eksklusif permanen. Berbagi jalan dengan kendaraan lain.

ARMADA ~ Modern, dilengkapi AC, dan ramah disabilitas.

INTEGRASI RUTE ~ Terfokus di pusat kota dan koridor utama. Sedang dikembangkan integrasi dengan feeder Wira-Wiri Suroboyo.


Transjakarta unggul dalam konsep BRT murni dengan Busway-nya, yang membuatnya lebih "rapid" (cepat) karena relatif bebas hambatan di koridor utama. Sementara itu, Suroboyo Bus fokus pada kenyamanan dan pelayanan di dalam kota tanpa memerlukan investasi besar pada infrastruktur jalur khusus.


2. Inovasi Pembayaran dan Akses

Aspek pembayaran menjadi pembeda unik di antara keduanya.

A. TRANSJAKARTA : ~ Kartu & Integrasi

Pembayaran Transjakarta bersifat nontunai mutlak menggunakan kartu elektronik (e-money) seperti e-Toll, Flazz, Brizzi, dan sejenisnya.

Tarif: Flat Rate yang sangat terjangkau (Rp2.000 untuk non-BRT dan Rp3.500 untuk BRT dan layanan utama). Keunggulan: Menggunakan sistem Tap In/Tap Out yang terstandar dan memungkinkan integrasi tarif dengan moda transportasi lain di Jakarta.

B. SUROBOYO BUS : ~ Sampah Jadi Tiket! (Sistem ini sudah tidak berlaku lagi)

Suroboyo Bus memiliki inovasi yang sangat terkenal, yakni metode pembayaran menggunakan sampah plastik atau botol bekas. Meski sekarang sistem ini sudah tidak berlaku lagi.

Tarif : Selain nontunai menggunakan kartu, penumpang bisa membayar dengan menukarkan 10 botol plastik sedang, 15 botol plastik kecil, atau 5 botol plastik besar. Namun mulai hari ini hanya menggunakan kartu saja.

Keunggulan: Inovasi ini tidak hanya memudahkan warga, tetapi juga secara aktif mendorong pengelolaan sampah dan kesadaran lingkungan, menjadikannya pionir di Indonesia.


3. Dampak Sosial dan Lingkungan

Kedua sistem ini memainkan peran krusial dalam membentuk perilaku warga.

Transjakarta sukses menjadi tulang punggung mobilitas jutaan warga Jakarta setiap hari. Kehadirannya mendorong perkembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD) dan perlahan mengubah budaya masyarakat dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi umum.

Suroboyo Bus menonjolkan aspek lingkungan. Skema pembayaran sampah tidak hanya berfungsi sebagai tiket, tetapi juga sebagai kampanye masif untuk mengurangi limbah plastik. Ini adalah model yang menarik untuk direplikasi oleh kota-kota lain.


KESIMPULAN :

Duet Transportasi Unggulan Indonesia. Baik Transjakarta maupun Suroboyo Bus, keduanya adalah contoh sukses modernisasi transportasi publik di Indonesia.

Transjakarta unggul dalam skala, jaringan BRT yang luas, dan integrasi antarmoda yang masif.

Suroboyo Bus unggul dalam inovasi pembayaran ramah lingkungan dan pelayanan berorientasi kenyamanan.

Keduanya membuktikan bahwa dengan pengelolaan yang baik dan inovasi yang tepat sasaran, transportasi publik dapat menjadi pilihan utama, bukan sekadar pelengkap, bagi warga kota.

Nah bagaimana dengan anda sudah pernah naik salah satunya? Atau anda tinggal didaerah lain dan punya modal transportasi yang berbeda, baik apapun itu semoga Transportasi kita di Indonesia bisa semakin lebih baik lagi.



~ THANK ~ YOU ~


Label:

Testing